Selasa, 02 September 2025

Kisah Kaum Nabi Nuh AS yang Kena Azab gegara Sombong dan Musyrik

Kisah Kaum Nabi Nuh AS yang Kena Azab

Nabi Nuh As merupakan nabi ketiga dalam daftar 25 nabi. Nama lengkap Nabi Nuh AS adalah Nuh bin Lamik bin Matwasyalakh bin Syits bin Adam AS.
Dilansir dari detikHikmah, Allah SWT pernah memberikan mukjizat kepada Nabi Nuh AS berupa bahtera dan juga banjir bandang sebagai bentuk azab untuk kaum Nabi Nuh AS yang sesat. Lantas bagaimana kisah kaum Nabi Nuh AS di masa itu?

Dalam buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir disebutkan bahwa ulama memperkirakan Nabi Nuh AS lahir 126 tahun setelah Nabi Adam Wafat. Namun, ahli kitab terdahulu menyebutkan bahwa jarak kelahirannya itu 146 tahun.

Kisah Awal Sesatnya Kaum Nabi Nuh AS

Kisah sesatnya kaum Nabi Nuh AS diawali dengan meninggalnya salah satu orang soleh bernama Wadd yang sangat dicintai oleh kaumnya. Semua orang merasa sedih dan meratapi kepergiannya.  Melihat ada peluang untuk menghasut manusia, iblis pun hadir mengubah bentuknya menyerupai manusia dan berkata,

"Sesungguhnya, aku mengetahui apa yang kalian rasakan atas kematian orang ini (Wadd). Bagaimana menurut pendapat kalian jika aku membuat sebuah gambar yang serupa dengannya sehingga ia selalu berada di tengah-tengah perkumpulan kalian dan kalian pun selalu ingat kepadanya?"
Kemudian mereka menjawab, ''Ya,"

Iblis pun membuat gambar yang menyerupai wajah Wadd. Ia juga membuat patung yang serupa dengan Wadd yang diletakkan di rumah masing-masing perkumpulan tersebut. Dengan begitu, mereka terus mengingat Wadd dan diturunkan kepada anak cucunya. Sehingga patung tersebut dianggap menjadi Tuhan yang disembah selain Allah.


Diutusnya Nabi Nuh AS untuk Kaumnya

Dalam kesesatan kaum tersebut, Allah SWT mengutus Nabi Nuh sebagai rasul pertama yang diutus Allah SWT kepada para penduduk bumi.
Saat itu Nabi Nuh AS langsung memerintahkan kaumnya untuk menyembah hanya kepada Allah SWT. Dalam surah Al-A'rah ayat 59, dikatakan bahwa Nabi Nuh berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kamu sekalian selain Dia. Sesungguhnya, (kalau kamu sekalian tidak menyembah Allah), aku takut kalian akan ditimpa azab yang besar (Kiamat)."
Akan tetapi, perjuangan Nabi Nuh AS untuk membawa kaumnya keluar dari jalan yang sesat tidak membuahkan hasil. Justru mereka semakin tenggelam dalam kesesatan dan kesombongan.

Mereka tak hentinya menyembah berhala itu dan mengejek ajaran Nabi Nuh. Bahkan berbuat jahat kepada siapa pun yang menjadi pengikutnya.
Dakwah Nabi Nuh AS bersama kaumnya berlangsung sangat lama. Dalam surah Al-Ankabut ayat 14 dijelaskan bahwa Nabi Nuh AS berdakwah selama 950 tahun lamanya.

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ

Artinya: Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim.

Kaum yang menentang Nabi Nuh AS mencanangkan kepada anak cucunya agar jangan pernah beriman kepada ajaran Nabi Nuh AS.
Seiring berjalannya waktu, Nabi Nuh AS pun sudah tak mau berdakwah pada kaumnya yang zalim dan sesat itu. Dia sadar bahwa sudah tidak ada kebaikan atau kemaslahatan yang bisa diharapkan dari mereka.


Dia menyadari apa yang telah dilakukan kaumnya itu sudah melebihi batas wajar. Segala cara telah dilakukan Nabi Nuh AS namun hanya segelintir orang yang mau ikut kepadanya. Nabi Nuh AS kemudian berdoa kepada Allah SWT "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku. Oleh sebab itu, adakanlah suatu keputusan antara diriku dan mereka. Lalu selamatkanlah aku dan orang-orang Mukmin yang bersama dengan diriku." (QS Asy-Syu'ara: 117-118)


Allah SAW pun memerintahkan Nabi Nuh AS dan para pengikutnya untuk membuat bahtera yang besar. Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 37,

وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِيْ فِى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا ۚاِنَّهُمْ مُّغْرَقُوْنَ

Artinya: "Buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau bicarakan (lagi) dengan-Ku tentang (nasib) orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan."


Kisah Azab Kaum Nabi Nuh AS

Usai bahtera itu rampung, seluruh umat Nabi Nuh AS dan binatang berpasangan untuk naik ke atas bahtera tersebut. Ketika semuanya telah berada di bahtera, semburan air dari bumi langsung memancar hingga memenuhi selokan-selokan dan jalan-jalan, dan bahkan gunung-gunung. Seluruh kaum Nabi Nuh AS yang kafir dan tidak beriman tenggelam walaupun sudah naik ke atas gunung tertinggi. Anak istri Nabi Nuh AS yang tidak beriman kepada Allah SWT juga ikut tenggelam dalam air banjir tersebut.

Ibnu Ishaq mengatakan, peristiwa banjir tersebut berlangsung selama dua tahun, dua bulan, 26 hari, sebelum diperintahkan oleh Allah SWT untuk turun dari bahtera tersebut.

Setelah semuanya kembali normal, kaum Nabi Nuh AS pun turun dari kapal dan bersyukur kepada Allah SWT. Nabi Nuh AS lantas berinisiatif untuk menyembelih binatang-binatang yang halal untuk dikurbankan kepada Allah SWT.

Kisah Nabi Nuh Bait 1 = 


https://www.youtube.com/watch?v=gqc3Rc1LlmQ




Materi Bab I : Sabar Dalam Menghadapi Musibah dan Ujian

"Terima Kasih atas support dan dukungan anda semua, semoga kita bisa saling berbagi ilmu untuk mengukir dunia jagad maya."

Sabar Dalam Menghadapi Musibah dan Ujian

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini kalian diharapkan dapat: 
  1. Melafalkan dengan fasih bacaan Q.S. al-Baqarah/2: 155-156 dan Q.S.Ibrahim/14: 9 serta Hadis terkait 
  2. Mengidentifikasi bacaan tajwid dalam Q.S. al-Baqarah/2: 155-156 dan Q.S. Ibrahim/14: 9 
  3. Mengartikan perkata dan menerjemahkan Q.S. al-Baqarah/2:155-156 dan Q.S. Ibrahim/14: 9 
  4. Mendeskripsikan tafsir Q.S. al-Baqarah/2: 155-156 dan Q.S. Ibrahim/14: 9 
  5. Menganalisis sikap yang harus dimiliki ketika tertimpa musibah dan ujian 
  6. Menganalisis manfaat hikmah di balik musibah dan ujian 

B. Tadabur
 
Kalian mungkin sering mendengar dan membaca kata musibah. Kata musibah berasal dari Bahasa Arab ashaaba, yushiibu, mushiibatan yang berarti segala yang menimpa pada sesuatu baik berupa kesenangan maupun kesusahan. Namun, umumnya dipahami musibah selalu identik dengan kesusahan. Padahal, kesenangan yang dirasakan pada hakikatnya musibah juga. Dengan musibah, Allah Swt. hendak menguji siapa yang paling baik amalnya. 

Ujian dalam bahasa Arab disebut Balaa’. Dalam istilah kehidupan balaa’ dapat diartikan cobaan yang diberikan kepada hamba-Nya untuk mengujinya atau mengetahui kualitas manusia itu sendiri. Orang yang mendapat ujian atau cobaan diharapkan bersikap sabar dalam menjalani apa yang sedang menimpa dirinya. Sabar berarti menahan diri dalam melaksanakan sesuatu dan meninggalkan sesuatu. 

Adapun Tawakal berasal dari bahasa Arab dengan kata dasarnya wakl, yang berarti menyerahkan, membiarkan, serta merasa cukup (pekerjaan itu dikerjakan oleh seorang wakil). Sedangkan menurut Quraish Shihab dalam tafsir Al Mishbah, bahwa tawakal adalah berusaha dengan sungguh-sungguh sejauh batas kemampuan manusiawi untuk bisa mewujudkan sesuatu yang diinginkan, dengan dibarengi berserah diri kepada Allah Swt. atas apa yang telah diusahakan. 
Tawakal bukan berarti penyerahan mutlak nasib manusia kepada Allah Swt. semata. Namun, penyerahan tersebut harus didahului dengan usaha manusiawi. Manusia dituntut untuk melakukan sesuatu sesuai batas kemampuannya. 

Dalam setiap mebaca Ayat Suci Alquran, ada bahasan yang selalu perlu di kaji lebih luas; 
1. Membacanya dengan tartil, faham tajwid dan makhorijul huruf 
2. mengerti makna kata, 
3. faham isi kandungan ayat dan asbabun nuzul, 
4. mencari hakikat yang sebenarnya dari maksud ayat tersebut, 
5. pelajari sejarah peristiwa yang menjadi ibrah ([pelajaran) yang bisa diambil sebagai contoh. 

Marilah kita baca bersama QS Al Baqoroh ayat 155-156, bacaan sesuai tajwid dan makhorijul huruf. baca kata perkata dan fahami arti setiap kata yang bermakna. 
1. Membaca Q.S. al-Baqarah/2: 155-156 dan Q.S. Ibrahim/14: 9 Ayat Al-Qur’an berikut ini berisi pesan-pesan mulia agar supaya kita sabar dalam menghadapai musibah dan ujian seperti di masa pandemi virus Covid 19, bencana alam, kekurangan harta benda dan semacamnya agar supaya generasi kita menjadi tangguh dan kuat dalam menghadapai kehidupan. Bacalah ayat berikut berulang-ulang secara tartil hingga kalian lancar dan fasih melafalkannya! a. Q.S. al-Baqarah/ 2: 155-156
(QS: 2:155). dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 
(QS: 2:156). (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" [Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali). kalimat ini dinamakan “istirjaa” (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

MEMAHAMI TAJWID (QS 2:155-156)

a. Asbabun Nuzul (QS, 2:155-156)

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ummu Salamah yang bercerita: bahwa pada suatu hari Abu Salamah mendatangiku dari tempat Rasulullah Saw. lalu ia menceritakan, aku telah mendengar ucapan Rasulullah Saw. yang membuat aku mereka senang, yaitu sabda beliau yang artinya: “Tidaklah seseorang dari kaum muslimin ditimpa musibah, lalu ia membaca innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un kemudian mengucapkan:

( Ya Allah, berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti padaku yang lebih baik darinya )
melainkan akan dikabulkan doanya itu.” Ummu Salamah bertutur, kemudian aku menghafal doa dari beliau itu, dan ketika Abu Salamah meninggal dunia, maka aku pun mengucapkan, innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un, dan mengucapkan, ‘Ya Allah, berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya.’ Kemudian mengintrospeksi diri, dengan bertanya, “Dari mana aku akan memperoleh yang lebih baik dari Abu Salamah?” Setelah masa iddahku berakhir, Rasulullah izin kepadaku. Ketika itu aku sedang menyamak kulit milikku, lalu aku mencuci tanganku dari qaradz (daun yang digunakan menyamak). Lalu kuizinkan beliau masuk dan ku-siapkan untuknya bantal tempat duduk yang isinya dari sabut, maka beliau pun duduk di atasnya. Lalu beliau menyampaikan lamaran kepada diriku.

Setelah selesai beliau berbicara, kukatakan, “Ya Rasulullah, kondisiku akan membuat Anda tak berminat. Aku ini seorang wanita yang sangat pecemburu, maka aku takut Anda mendapatkan diriku sesuatu yang karenanya Allah akan mengadzabku, dan aku sendiri sudah tua dan mempunyai banyak anak.” Maka beliau bersabda, “Mengenai kecemburuanmu yang engkau sebutkan maka semoga Allah melenyapkannya dari dirimu. Dan usia tua yang engkau sebutkan, maka aku pun juga mengalami apa yang engkau alami. Dan mengenai keluarga yang engkau sebutkan itu, maka sesungguhnya keluargamu adalah keluargaku juga.” 
(HR. Ahmad: 4/27)

Q.S. Ibrahim/14: 9 
(QS. Ibrahim, 14:9). 

Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. telah datang Rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: "Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan Sesungguhnya Kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak Kami kepadaNya".

MEMAHAMI TAJWID (QS: IBRAHIM : 9)




b. Asbabun Nuzul Q.S. Ibrahim/14: 9
Dalam ayat ini, Allah Swt. bertanya kepada umat manusia apakah mereka pernah mendapatkan berita tentang umat-umat yang terdahulu, serta berita tentang peristiwa yang mereka alami, misalnya berita tentang kaum Nabi Nuh, kaum ‘Ad dan kaum Tsamud, serta umat yang datang sesudah mereka, yang hanya Allah sajalah yang benar-benar mengetahuinya? 

Mereka mendustakan para rasul padahal telah membawa bukti-bukti yang nyata. Mereka menutupkan tangan ke mulut untuk menunjukkan kebencian kepada para rasul tersebut, seraya berkata, “Sesungguhnya kami mengingkari apa-apa yang diperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada kami.” Di samping itu, umat-umat tersebut juga mengatakan kepada para rasul bahwa mereka berada dalam keragu-raguan dan tidak yakin akan kebenaran yang diserukan para rasul kepada mereka. 
Allah Swt. telah menceritakan kepada kita berita tentang kaum Nuh, kaum ‘Ad, kaum Tsamud, dan umat-umat lainnya di masa silam yang mendustakan para rasul. Jumlah mereka tidak terhitung, hanya Allah Swt. yang mengetahuinya 

Tugas :
Secara Berkelompok : Melalui Zoom Meet atau VCall WAG 

Diskusikan 3 Point dibawah ini bersama kelompok ananda, Jumlah kelompok minimal 5 siswa maksimal 8 siswa dalam 1 kelompok 
  • 1. Carilah Tafsir QS Albaqoroh,  2: 155-156 (dari tafsir Jalalain, tafsir Al Maroghi, tafsir Ibnu Katsir, tafsir Almisbah)  
  • 2. Carilah Tafsir QS Ibrohim, 14:9  (dari tafsir Jalalain, tafsir Al Maroghi, tafsir Ibnu Katsir, tafsir Almisbah)  
  • 3. Masing2 Kelompok; Buatlah tulisan tentang sejarah 1. Kaum Nabi Nuh, 2. Kaum Ad', dan 3. Kaum Tsamud secara ringkas tanpa menghilangkan makna sejarah.
SELAMAT MENGERJAKAN!
   
Dibuat : Shomadih, S.Pd.I ( Guru PAI )






 


Kisah Kaum Nabi Nuh AS yang Kena Azab gegara Sombong dan Musyrik

Kisah Kaum Nabi Nuh AS yang Kena Azab Nabi Nuh As merupakan nabi ketiga dalam daftar 25 nabi. Nama lengkap Nabi Nuh AS adalah Nuh bin Lamik...