Tampilkan postingan dengan label BERANDA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BERANDA. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 April 2014

DON'T LOOK THE BOOK JUST FROM THE COVER - 1

Jangan lihat buku cuma dari sampulnya saja. mungkin sama dengan kalimat jangan lihat orang dari tampangnya saja, karena terindikasi pepatah yang mengatakan " Air beriak tanda tak dalam, air tenang belum tentu tidak ada buayanya".

saya coba untuk menceritakan sebuah kejadian, ketika saya membaca artikel di media online saya hanya baca judulnya saja, kemudian saya berpikiran kenapa hanya sebuah ucapan yang baik dan untuk kebaikan menyebabkan ia bertanggung jawab terhadap permasalahan yang besar yang membuat gempar proses pemerintahan. legislatif, eksektuif dan yudikatif.

kalimatnya "Boediono harus bertanggung jawab "
Eks gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono disebut pernah menginstruksikan agar sepanjang tahun itu, tak ada satu pun bank gagal di Indonesia. "

kalimat tersebut menurut saya intruksi seorang atasan kepada bawahannya untuk menyelesaikan masalah keuangan negara yang mungkin sudah diperhitungkan secara matang karena yang bicara pakar dibidang perbankan dan pejabat yang berwenang. tetapi kenapa harus bertanggungjawab, atas masalah apa? dalam pikiran saya, kemudian saya membaca artikel yang lainnya tanpa membaca isi berita selanjutnya, saya kira ini hanya isu untuk menjatuhkan seseorang.

namun selesai saya baca beberapa artikel media online itu saya merasa kurang puas hanya berita tentang pak boediono ini saya belum baca, dan saya penasaran. saya bukalah isinya dan ternyata isinya mengenai kebijakan yang diambil ada unsur membantu salah satu pihak entah direncanakan atau tidak namun berindikasi ada maksud tertentu dari kebijakan tersebut karena awalnya menyalahi aturan kemudian aturan itu dirubah dan menjadi tidak menyalahi aturan.

beginilah kita, hampir semua orang ketika membuat keputusan sering lupa dampak dari kebijakan kita yang akan menimbulkan kerugian bisa untuk orang banyak, bahkan negara, yang miris lagi diri kita sendiri akan kena dampak kerugian tersebut.

Dan ketika kita merasa telah membantu orang lain yang hanya untuk kepentingan sekelompok orang, kita merasa puas dan merasa seperti pahlawan pembela orang susah, ingatlah bahwa ketika kita berada diatas kita tidak melihat jelas kekisruhan, masalah yang ada dibawah tapi ketika kita turun sudah menjadi orang biasa kita bisa melihat perbuatan kita dulunya dari bawah sini.

Introspeksi, evaluasi, monitoring, tidak menghasilkan apa-apa tanpa tindakan perbaikan.

baiklah saya kembali kepada artikel tadi, beginilah cerita selanjutnya...

Eks gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono disebut pernah menginstruksikan agar sepanjang tahun itu, tak ada satu pun bank gagal di Indonesia. "

Instruksi itu diutarakan langsung kepada Direktur Pengawasan Bank 1 di BI Zainal Abidin.

Dia menceritakan, instruksi tersebut dicetuskan Boediono pascapenolakan Zainal untuk memberikan rekomendasi pemberian fasilitas peminjaman jangka pendek (FPJP) kepada lembaga perbankan bernama Bank Century (BC).   "(Ada) perbedaan antara kami (Pengawas Bank 1) dengan apa yang dimaui oleh Dewan Gubernur pada waktu itu," kata Zainal, saat menjadi saksi persidangan korupsi BC, terdakwa Budi Mulya, di PN Tipikor, Jakarta, Jumat (4/4). Budi adalah mantan Deputi Gubernur BI.

Zainal melanjutkan, perbedaan tersebut membuat otoritasnya tetap mengacu pada peraturan BI (PBI) tentang syarat pengajuan FJPJ. Kata dia, PBI 10/26/PBI/2008 itu adalah satu-satunya regulasi positif agar penyalahgunaan anggaran senilai Rp 689 miliar itu tidak digelontorkan. Tapi, dilanjutkan Zainal, perubahan PBI ternyata dikebut. Zainal mengungkapkan, Boediono adalah pejabat yang harus bertanggungjawab atas perubahan PBI itu. Diterangkan Zainal jika PBI awal menentukan syarat pengajuan FPJP satu bank harus memiliki rasio kecukupan modal (CAR) sebesar delapan persen.

Dengan perubahan, membuka pintu FPJP untuk BC. "PBI perubahan, hanya mengharuskan bank punya CAR yang positif," terang dia. Bank Century hanya punya CAR 2,35 pada September 2008. Tapi mengalami minus CAR di bulan berikutnya. Ketika ditanya hakim anggota I Made Hendra tentang siapa yang menghendaki perubahan PBI tersebut? Zainal memberi penjelasan, adalah Boediono yang menghendaki perubahan tersebut. "Pak Gubernur (BI - Boediono) yang menghendaki," jawab Zainal.

Lebih dalam Zainal menjelaskan, PBI semula tertanggal 30 Oktober. Namun dirubah tertanggal 13 November dan berlaku 14 November 2008 lewat Rapat Dewan Gubernur (RDG) dan ditandatangani oleh Boediono. Ditambahkan Zainal, jika Boediono adalah pencetus gubahan PBI, maka, penambahan kata 'CAR positif' dalam PBI baru itu adalah Deputi Gubernur BI Siti Fadjrijah. "Ibu Siti yang ketika itu (dalam RDG) menyatakan syarat CAR hanya positif. Dan itu disetuji oleh semua (Dewan Gubernur)," terang Zainal.

Sabtu, 21 September 2013

Hawa Nafsu

HAWA NAFSU

Hawa nafsu berasal dari nafas api neraka. Ketika nafas itu berembus dari api, syahwat terbawa ke pintu neraka tempat perhiasan dan kesenangan berada, lalu ia mendatangi nafsu. Ketika nafsu mendapat kesenangan dan perhiasan, ia bergolak akibat perhiasan dan kesenangan yang diletakkan disisinya dalam wadah itu, dan ia berupa angin panas. Ia lalu mengalir dalam urat-urat sehingga semua saluran darah terisi olehnya dalam waktu lebih cepat daripada kedipan mata.

Saluran darah mengaliri seluruh tubuh dan kepala hingga kaki. Jika angin itu sudah berembus di dalamnya, lalu jiwa manusia merasakan embusannya dalam tubuh, kemudian ia merasa nikmat dan senang dengannya, itulah yang disebut dengan syahwat dan kenikmatannya.

Apabila nafsu serta syahwat berikut kenikmatannya sudah menempati seluruh tubuh, syahwat menyerang hati. Apabila syahwat sudah demikian hebat, ia menguasai hati, sehingga hati tertawan, yakni takluk kepada syahwat. Selanjutnya, syahwat dapat memainkannya.

Kekuatan hawa nafsu dan syahwat ada bersama jiwa dan bertempat dalam perut, sedangkan kekuatan makrifat, akal, ilmu, pemahaman, hafalan, dan pikiran berada di dada. Makrifat ditempatkan di kalbu, pemahaman di fu’ad, serta akal di pikiran, dan hafalan menyertainya.

Syahwat diberi sebuah pintu yang menghubungkan tempatnya ke dada, sehingga asap syahwat yang bersumber dari hawa nafsu bergolak sampai ke dada. Ia menyelubungi fu’ad dan kedua mata fu’ad berada dalam asap itu. Asap tersebut adalah kebodohan. Ia menghalangi mata fu’ad untuk melihat cahaya akal yang dipersiapkan baginya.

Demikian pula amarah ketika bergolak. Ia seperti awan yang menutupi mata fu’ad, sehingga akal pun tertutup. Akal bertempat di otak dan cahayanya memancar ke dada. Ketika awan amarah keluar dari rongga ke dada, ia memenuhi dada dan menyelubungi mata fu’ad.

Karena cahaya akal terhalang, sementara awan menutupi fu’ad, fu’ad orang kafir berada dalam gelapnya kekafiran. Itulah tutup yang Allah sebutkan dalam Al-Quran:

Mereka berkata, “Hati kami tertutup.” (QS Al-Baqarah : 2)

Tetapi, hati orang-orang kafir dalam kesesatan terhadap hal ini. (QS Al-Mu’minun : 63)

Adapun bila mata fu’ad mukmin berada dalam asap syahwat dan awan kesombongan. Inilah yang disebut kelalaian.
Dari kesombongan itulah amarah berasal. Kesombongan bertempat dalam jiwa. Ketika jiwa manusia menyadari penciptaan Allah atasnya, kesombongan berada di dalamnya. Inilah sifat lahiriah dan batiniah manusia.

Allah Swt. memilih dan memuliakan manusia yang bertauhid. Dan setiap seribu orang, satu orang dipilih, sementara sembilan ratus sembilan puluh sembilan lainnya tidak dipedulikan. Dia hanya meperhatikan satu dari setiap seribu manusia. Dia mendistribusikan bagian pada Hari Penetapan dan menolak orang yang Dia abaikan, sehingga mereka tidak mendapat bagian.

Ketika mengeluarkan keturunan [manusia] lewat sulbi, Dia menjadikan mereka berbicara, Manusia yang diperhatikan Allah mengakui-Nya secara sukarela saat Allah berfirman,
“Bukankah Aku Tuhan kalian?” (QS Al-A’raf:172).
Orang yang tidak mendapat bagian dan tidak mendapat perhatian Allah menjawab, “Ya, Engkau Tuhan kami” menjawab dengan terpaksa.
Itulah makna firman Allah Swt.: “Seluruh yang terdapat di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya baik dengan sukarela maupun terpaksa.” (QS Al-Imran:83)

Dia menjadikan mereka dalam dua kelompok: kelompok kanan dan kelompok kiri.
Allah Swt. kemudian berfirman, “Sebagian mereka berada di surga dan Aku tidak peduli; Aku tidak peduli ampunan-Ku tercurah kepada mereka. Sebagian lagi berada di neraka dan Aku pun tidak peduli; Aku tidak peduli ke mana kembalinya mereka.”

Dia lalu mengembalikan mereka ke sulbi Nabi Adam as. Dia mengeluarkan mereka pada hari-hari dunia untuk (memberi mereka kesempatan) melakukan amal dan menegakkan hujah. Manusia yang telah dipilih dan dimuliakan Allah, kalbunya dicelup dalam air kasih sayang-Nya sampai bersih. Allah Swt. berfirman, “Itulah celupan Allah, dan siapakah yang lebih baik celupannya daripada Allah?!” (QS Al-Baqarah:138)

Dia kemudian menghidupkannya dengan cahaya kehidupan setelah sebelumnya ia hanya berupa seonggok daging. Ketika dihidupkan dengan cahaya kehidupan, ia pun bergerak dan membuka kedua mata di atas fu’dd. Ia lalu diberi-Nya petunjuk dengan cahaya-Nya yang tidak lain adalah cahaya tauhid dan cahaya akal. Ketika cahaya itu menetap di dadanya serta fu’ad dan kalbu merasa teguh dengannya, Ia pun mengenal Tuhan. Itulah maksud firman Allah Swt.: “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian Dia kami hidupkan ...“ (QS Al-Baqarah:138). Yaitu, dihidupkan dengan cahaya kehidupan.

Allah Swt. kemudian berfirman, “Lalu, Kami berikan untuknya cahaya yang dengan itu ia berjalan di tengah-tengah manusia.” (QS Al-An’am : 122) Yakni, cahaya tauhid.

Dengan cahaya itu, kalbunya menghadapkannya kepada Allah, sehingga jiwa menjadi tenteram dan mengakui bahwa tiada Tuhan selain Dia. Ketika itulah lisan mengungkapkan ketenteraman jiwanya dan kesesuaiannya dengan kalbu berupa ucapan: “laa ilaaha illaa Allah (tiada Tuhan selain Allah).” Itulah makna firman Allah Swt.: “Tidaklah jiwa seseorang beriman kecuali dengan izin Allah” Yunuus dan firman-Nya: “Wahai jiwa yang tenteram.” (QS Al-Fajr : 27)

Kala jiwa sudah merasa tenteram saat melihat perhiasan karena akal menghiasi mata fu’ad dengan tauhid, saat melihatnya itu jiwa merasakan kenikmatan cinta Allah yang meresap dalam kalbu bersama cahaya tauhid. Saat melihat perhiasan, ia merasakan kenikmatan cinta dalam cahaya tauhid. Ketika itulah jiwa menjadi tenang dan senang kepada tauhid. Ia bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Firman-Nya, menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan iman indah dalam kalbu kalian. Kala jiwa mendapatkan perhiasan itu, ia membenci kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan.

Ketika seorang mukmin berbuat dosa, Ìa melakukan itu dengan syahwat dan nafsunya, padahal ia membenci kefasikan dan kekufuran. Karena benci, ia berbuat fasik dan bermaksiat dalam kondisi lalai. Ia sebenarnya tidak bermaksud kepada kefasikan dan kemaksiatan seperti halnya iblis.

Kebencian itu tertanam dalam jiwa, namun syahwat menguasai jiwa. Kebencian itu ada, karena tauhid terdapat dalam dirinya. Hanya saja, kalbu dikalahkan oleh sesuatu yang merasukinya, akal terhijab, dada dipenuhi asap syahwat, dan nafsu menguasai kalbu.
Ini terjadi lantaran akal kalah, makrifat tersudut, dan pikiran buntu, sementara hafalan dan akal terkurung dalam otak. Jiwa melakukan dosa karena kekuatan syahwat, sementara musuh menghiasi, membangkitkan angan, mengiming-imingi ampunan, serta mempertunjukkan tobat, sehingga hati berani berbuat dosa.

Adies albatavia

Selasa, 23 Oktober 2012

Pojok SMK

SMK 

adalah sekolah menengah kejuruan yang memiliki berbagai macam rumpun atau jurusan dan sejak tahun 2011 2012 diganti menjadi program keahlian, jadi siswa diajarkan materi pelajaran sesuai dengan bidang keahlian masing-masing disamping mata pelajaran adaptip dan normatif.

Kisah Kaum Nabi Nuh AS yang Kena Azab gegara Sombong dan Musyrik

Kisah Kaum Nabi Nuh AS yang Kena Azab Nabi Nuh As merupakan nabi ketiga dalam daftar 25 nabi. Nama lengkap Nabi Nuh AS adalah Nuh bin Lamik...